Chrome Pointer

Jumat, 01 Januari 2016

MAHASISWA BERTEKAD BAJA


Adzan Jum’at belum selesai dikumandangkan saat sekonyong-konyong duduk di sebelah saya sesosok anak muda. Badan kerempengnya dibalut dengan baju kemeja lengan panjang putih, dan celana berwarna putih pula. Seragam khas mahasiswa di kampus kami yang sedang melaksanakan sidang lisan skripsi.

Tidak ada yang terasa aneh sampai akhirnya saya amati dia agak kesulitan meletakkan tas ranselnya supaya merapat ke dinding masjid, tepat di depan saya duduk. Hanya satu tangan yang mencoba mendorong tas sebesar itu. Reflek, saya pun mencoba membantunya. Wuih… ternyata berat juga. Jabat erat tangannya seolah menyampaikan ucapan terima kasih buat saya.

Seiring dengan mulainya ceramah sang khotib, ia tunaikan sholat sunnah dua rakaat. Rasa penasaran saya mendapatkan momentumnya. Saya amati si pemuda kerempeng di sebelah saya dengan cukup leluasa. Dan masyaAlloh… saya dapati bahwa anggota gerak sebelah kiri si mahasiswa tersebut ternyata tidak sebagaimana biasanya. Ukuran panjang sepertinya sama, namun ukuran besarnya sepertinya tidak. Tangan dan kaki sebelah kirinya lebih kecil dari pada yang kanan. Dan tidak hanya itu, menggerakkannya pun terlihat kesusahan. Itu semua semakin nampak saat ia duduk bersila, dan kemudian mengedarkan kotak infak yang berjalan menyamping. Dalam haru saya sebut nama-Nya…

Sahabat, khususnya para mahasiswa yang Alloh Karuniakan fisik sempurna, kita perlu banyak belajar dari sobat muda yang bertekad baja tadi. Dalam keterbatasan raganya, masih menyala-nyala api semangat untuk menuntaskan kuliah yang saya yakin itu bukanlah perkara mudah. Semester demi semester, tahun demi tahun. Dalam ringkih fisiknya, tidak berarti lantas berkurang rasa taat pada Tuhannya, menjaga sholatnya. Dan dalam lemah jasmaninya, sungguh masih tertanam kuat cita-citanya untuk lulus dan diwisuda. Bagaimana denganmu, Sahabat? Fisik yang lebih sempurna mestinya bisa lebih baik daripadanya :)

Catatan:

Ending dari kisah saya ini berlangsung kurang mengenakkan. Konsentrasi kami mendengarkan khotbah terusik kenyamanannya, saat tiba-tiba dari belakang ada seoraang jamaah yang merangsek maju mengisi celah kecil yang ada di sebelah kiri mahasiswa. Sepertinya dia tidak sadar bahwa telatnya dia datang ke masjid, tidak seharusnya mengusik, mengorbankan saudaranya yang sejak awal sudah menempati tempat duduknya. Sehingga mestinya dia datang lebih awal supaya kebagian shof yang depan. Dan mungkin dia juga tidak tahu kalau mahasiswa yang dia suruh geser duduknya itu bakalan agak kesulitan melakukannya. Dengan susah payah si mahasiswa memberi ruang meskipun akhirnya harus menggeser posisi duduknya sendiri menjadi agak ke belakang.

Source from: bluejundi.wordpress.com

0 Comment: