Chrome Pointer

Selasa, 29 Desember 2015

LIMA PULUH SEMBILAN



Apa kabar mu disana?
Jangan pernah tanyakan kabar ku, karna semenjak kepergian mu aku tidak pernah baik baik saja. Aku selalu berjalan, berjalan tanpa alas kaki, buat apa aku pake alas kaki kalau kau tak punya alasan untuk kita melangkah lagi. Kemudian kubaca satu per satu kebahagianmu kini bersamanya, mensyukuri sedikit senyum yang pernah ada. Cuaca yang bersaksi akan berubah menjadi hujan deras yang mengalir di pipi, menikmati kecewa bersanding sepi.

Sore ini aku ingin meminta maaf, bahwa melupakanmu, aku belum bisa dan hatiku masih saja mengeja namamu sebagai satu-satunya rasa. Sekarang senja hanya menyajikan rona derita, membiaskan warna tanpa cerita. Terseret aku memendam lara pada kebisuan dengan air mata bermekaran. Aku masih bisa, aku masih kuat mencintaimu walau sudah sangat jelas yang kau pilih bukan aku. Bahkan dalam kesibukkanku masih saja merajut rindu dan memintal doa untuk kau kenakan, menjagamu tetap hangat walau dari kejauhan. Dengan sangat sadar dan mengerti, pelukannya lebih istimewa dan bukan sekedar mimpi.

Sehat-sehatlah selalu di sana kamuku. Makan teratur dan tersenyumlah untuk geliat manja di dalam perutmu. Rumahmu akan dihinggapi malaikat, sambutlah dengan suka cita dan rayakan dengan meriahnya doa. Bahagiakan dia seperti pasanganmu membahagiakanmu, ajari dia cara tertawa seindah sungging senyumanmu. Kelak aku akan menghampiri dia, bercerita tentang betapa susahnya aku mendapatkanmu. "Bersamamu, jatuh cinta adalah patah hati paling sempurna".

KPT, 181215

0 Comment: