Chrome Pointer

Senin, 06 Maret 2017

Kisah Soeharto yang Jarang Diketahui Orang, dari Ultimatum Bu Tien hingga Memeluk Pria

Presiden Soeharto menangis saat lengser 1998

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA -- Dalam sebuah upacara Golkar tahun 1996, Ny. Mien Sugandhi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita duduk berdampingan dengan Ny. Tien Soeharto.

Tiba-tiba Ibu Tien berkata, "Tolong katakan kepada ... (ia menyebut salah seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup. Beliau sudah tua."

"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" Mien Sugandhi terkejut dan bertanya.

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Ny. Tien.

Mien Sugandhi menyampaikan pesan itu kepada orang yang dimaksud, tetapi orang itu tak percaya.

April 1996 Ny Tien benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Maret 1998 Pak Harto tetap dipilih menjadi presiden.

Perubahan memaksa Soeharto berhenti. Mien membatin, "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya."

Tak selamanya Ny. Tien serius.

Brigjen Eddie M. Nalapraya, mantan wagub DKI, bercerita tentang pengalamannya sewaktu mendampingi Pak Harto memancing di Pelabuhan Ratu. Ketika mobil hendak berangkat, sang nyonya mengetuk kaca persis di posisi Eddie duduk.

"Siap! Saya Bu," kata Eddie setelah kaca diturunkan.

"Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya!" pesan Ny. Tien.

Hubungan Eddie dan keluarga Soeharto terbilang dekat. Anak-anakSoeharto mudah merajuk kepadanya untuk memintakan izin bepergian kepada ayahnya.

Ketika Eddie melaporkan kenaikan pangkatnya, Ny. Tien Soehartolangsung mengambil sapu tangan dan mengelap bintang di pundak Eddie.

"Sungguh, saya terharu. Tidak ada pengawal lain yang diperlakukan seperti itu."

Lain kisah bersumber dari Des Alwi, tokoh pergerakan asal Bandaneira, Maluku. Des mengenal Soeharto ketika ditugasi oleh ayah angkatnya, Sutan Syahrir, untuk melakukan konsolidasi dengan sesama pemuda perjuangan setelah Indonesia merdeka.

Tahun 1949, saat di Yogyakarta, ia sering berdiskusi dengan para pemuda yang bermarkas di Pathuk. Di situlah ia mengenalSoeharto.

"Soeharto cukup akrab dengan pemuda setempat, Faisal Abdaoe, yang kala itu berusia 15 tahun. Saya mendengar suatu saat Soeharto mengajak Faisal naik mobil dan memarkirnya untuk mengamati gerak-gerik tentara Jepang di markas mereka di Malioboro.

Tiba-tiba mendekat tentara Jepang yang mencurigai mereka. Segera Soeharto melilitkan kain scarf yang dibawanya, lantas memeluknya seperti orang pacaran.

"Ha, ona aremaska (Hah, ada perempuan ya)?!' teriak serdadu itu sambil berlalu dari tempat itu," cerita Des Alwi.

Soal bahasa, Maftuh Basyuni menceritakan bahwa Pak Harto memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus.

"Jangan salah. Memang kalau di PBB berbahasa Indonesia demi kebanggaan bangsa." Hal yang sama dikatakan oleh Amoroso Katamsi saat mengikuti aktivitas Pesiden Soeharto untuk melakukan pengamatan sebelum memerankan tokoh itu dalam Pengkhianatan G30S/PKI (Arifin C. Noer, 1984).

"Saat menjelaskan soal peternakan sapi di Tapos kepada tamu-tamu dari Australia, ternyata Pak harto berbicara sangat lancar dalam bahasa Inggris," kata Laksamana Pertama TNI ini.

Pak harto pun rajin mencatat. Setiap kunjungan ke daerah ia melengkapi diri dengan buku catatan. Seperti yang diceritakan Try Sutrisno saat melakukan kunjungan incognito selama dua pekan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Tak banyak yang tahu. Bahkan Panglima ABRI pun tidak. Hanya Komandan Paspampres, Komandan Pengawal, dr. Mardjono, dan seorang mekanik."

Rombongan tidak menginap di rumah kepala desa atau rumah penduduk. Namun tidur seadanya dan tidak ingin diketahui orang.

"Sangat prihatin tapi saya melihat Pak harto sangat menikmati perjalanan keluar masuk desa itu," cerita Try. Seluruh hasil kunjungan dicatat di buku yang selalu dibawa Pak Harto.

Masih banyak kisah-kisah menarik dan humanis dalam buku setebal 603 halaman dari tuturan 113 narasumber ini.  (Agus Surono) 

Minggu, 05 Maret 2017

SOME OF YOUTHZANIA PHOTOS


SOME OF YOUTHZANIA PHOTOS


Raka delivered by her mother when the first day of Youthzania.
(Simple Past Tense)

They are cutting Youtzania Money.
(Present Continouos Tense)

His motocycle was washing by them when he was working.
(Past Continouos Tense)

Adrian take his money in the Bank.
(Simple Present Tense)

She has written this morning.
(Present Perfect Tense)

Fadhlan planted The Ornamental Plant this morning.
(Simple Past Tense)

Mr. Okwan was giving them inspiration when I was having sleepy face.
(Past Continuous Tense)

Arya buy something.
(Simple Present Tense)

Mufid is bidding the price of Toge.
(Present Continuous Tense)

Raka has tidying the books.
(Present Perfect Tense)



Sabtu, 01 Oktober 2016

PANCASILA DAN DEMOKRASI ASLI INDONESIA


Pernah kita bertanya kenapa negara ikon demokrasi seperti Amerika, Inggris dan Australia menerapkan pemilu secara tidak langsung (sistem perwakilan)? Mari sama-sama belajar agar rakyat Indonesia cerdas dengan tidak menghabiskan energi saling membully. Bukankah saling respek meski berbeda pendapat itu justru esensi demokrasi?

Rakyat Australia memilih pemimpin tidak secara langsung, tapi melalui anggota dewan (senator) yang mereka pilih. Para anggota dewan inilah yang kemudian dipercayakan memilih Prime Minister (PM) dan para pemimpin wilayah (Premiers). Tentu ada diantara anggota dewan yang tidak amanah, tapi penegakan hukum dilakukan atau mereka tidak dipilih kembali. Mekanisme ini berjalan terus sehingga kualitas anggota dewan terseleksi semakin baik.

Sistem pemilihan presiden di Amerika yang telah berlangsung dua abad bukan dengan pemilihan langsung (one man one vote / popular vote), tapi berdasar pada electoral vote (represented via electoral college institution). 270 dari 538 suara presidential electors menjadi penentu kemenangan presiden Amerika. Pemilu di Inggris lebih jelas. 310 dari 326 distrik di Inggris menerapkan pilkada tidak langsung. Rakyat Inggris memilih anggota dewan, yang mereka sebut councillor. Anggota dewan membentuk city council yang berwenang memutuskan pemimpin di distrik masing-masing. Sistem ini dikenal sebagai sistem “leader cabinet”.

Melihat best practice di negara-negara “mbah”-nya demokrasi, apakah ada diantara kita yang berani bilang, sistem demokrasi di negara-negara ikon demokrasi tersebut meniru orde baru? Apa kita akan katakan rakyat di Amerika, Inggris dan Australia sebagai terbelakang (dibandingkan rakyat Indonesia)? Sanggup kita berorasi bahwa di negara-negara tersebut “demokrasi telah mati”, karena mempercayakan pemilihan pemimpin melalui “wakil rakyat”? Lantas dengan gegabah kita ramai-ramai menuduh para “wakil rakyat” di ketiga negara itu melanggar HAM, dengan tuduhan telah merampok hak konstitusi (suara) rakyat ?

Ayolah, saatnya kita menjadi rakyat yang cerdas. Boleh jadi memang sistem demokrasi Indonesia telah ‘kebablasan’, ini bisa kita ulas tersendiri. Juga sekali-kali kita bertanya, kenapa media asing menggugat pengesahan pilkada tidak langsung di Indonesia sementara mereka tidak pernah menggugat pemilu tidak langsung yang dilaksanakan di negara mereka? Ayo, kita bertanya, ada apa?

Bahkan Mike Barnes, pemimpin Labour Group Stoke Concil dan seorang politisi senior di Inggris mengingatkan rakyat Inggris untuk tidak menggunakan sistem pilkada langsung untuk memilih pemimpinnya. Itu disebabkan mereka sangat paham tingginya biaya kampanye yang dibutuhkan. Menelan sumber daya dan menyebabkan pemenang hanya orang yang punya banyak modal atau orang yang dimodali (diganduli kepentingan) pemodal besar. Barnes mengingatkan Inggris akan menyesal dan mengalami kerugian besar bila memaksakan memilih melalui pemiliu langsung. Ia menyarankan sistem councillor (perwakilan) karena diyakini ideal, dan rekam jejak serta kedekatan para councillors dengan warga yang diwakilinya dapat terjalin secara lebih baik.

Di tanah air, FITRA (lembaga Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran) mencatat “Biaya pilkada, diluar biaya kampanye dan politik uang, untuk kabupatan/kota menelan setidaknya Rp25 miliar, dan untuk pilkada provinsi Rp100 miliar. Keseluruhan pilkada di Indonesia menelan setidaknya Rp17 triliun”.

Besarnya biaya pilkada langsung di 500 propinsi/kota/kabupaten sangat membebani keuangan negara dan menjadi sumber kerugian yang besar bagi ekonomi Indonesia. Hal ini diperburuk oleh data Kementerian Dalam Negeri, yang mencatat 330 (86,22%) kepala daerah hasil pemilihan langsung tersangkut perkara korupsi. Korupsi menjadi keniscayaan karena tekanan kebutuhan menutupi besarnya biaya kampanye atau untuk membayar jasa para kapitalis/pemodal melalui penjatahan proyek-proyek bernilai miliaran/triliunan, yang membebani APBD dan menurunkan kualitas layanan publik.

Disamping best practice negara maju yang telah matang dalam demokrasi, bangsa Indonesia perlu kembali menggali akar sejarah bangsa. Tanpa kita menyadari, leluhur kita para pendiri bangsa Indonesia telah dengan sangat cerdas dan elegan melahirkan konsep demokrasi yang paling sesuai dengan jati diri Indonesia. Dasar negara Indonesia, Pancasila, merupakan hasil kedalaman dan kebijaksanaan berpikir para negarawan pejuang kemerdekaan. Bahkan sang proklamator pada tanggal 13 September 1960 mendapatkan sambutan luar biasa dan standing applaus saat memaparkan Pancasila dalam sidang umum PBB (tontonlah you tube-nya, maka sahabat akan kembali bangga dengan Indonesia). Hanya sayangnya, generasi muda Indonesia masih kurang dapat menghargai dan menjaga warisan nilai dan gagasan luhur ini.

Sejarah Indonesia juga mencatat bahwa Indonesia, dibawah kepemimpinan sang proklamator pernah melakukan eksperimen demokrasi yang mahal ini, yaitu sistem pemilihan langsung. Namun akhirnya bung Karno mencabut UU No. 1 tahun 1957 yang mengatur Pilkada Langsung dengan pertimbangan undang-undang tersebut tidak sesuai dengan jati diri bangsa dan demokrasi asli Indonesia. Artinya, eksperimentasi pilkada langsung atau tidak langsung telah dilakukan di zaman bung Karno, dan tidak pantas kita stigmakan itu sebagai orba. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, pesan bung Karno dalam pidato “jasmerah”.

Di hari Kesaktian Pancasila ini ada baiknya kita luangkan waktu menelisik kata demi kata yang tercantum dalam sila ke-4 Pancasila, “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Kata “hikmat” melambangkan ketinggian spritualitas dan keluhuran budi pekerti .
Kata “kebijaksanaan”, melambangkan kecerdasan, keseimbangan dan kedewasaan dalam berpikir.
Kata “permusyaratan” mendorong kebersamaan sebagai satu bangsa dan menepis keegoan personal.
Sedangkan kata “perwakilan” menjelaskan dengan gamblang tata cara berdemokrasi yang asli Indonesia.

Generasi muda yang terdidik wajib mengingatkan seluruh rakyat Indonesia untuk memilih wakil rakyat, yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hikmat dan kebijaksanaan yang lebih unggul, dari yang diwakili. Rakyat justru perlu didorong untuk cermat memilih wakilnya yang memiliki integritas, wawasan dan kemampuan berpikir yang jauh ke depan. Yang mampu menatap bangsa dalam perspektif jangka panjang, tidak yang terjerat oleh kepentingan sempit berjangka pendek.

Bayangkan kegaduhan bila sistem demokrasi yang kita bangun memaksa rakyat memilih wakil rakyat dan juga memilih pemimpin daerah secara sekaligus. Kepala daerah meremehkan saran dan pengawasan yang dilakukan DPRD, meski mereka memiliki hak legal formal melakukan check and balance. Sebaliknya, DPRD yang merasa rakyat apatis terhadap mereka akan kurang merasa bertanggung jawab dan merasa bebas tanpa pengawasan rakyat sehingga perilakunya menjadi tidak terkontrol. Adapun rakyat tidak memiliki mekanisme (kanal/channel) untuk menagih janji atau mengontrol perilaku menyimpang dari kepala daerah, kecuali melalui demonstrasi yang melelahkan, menurunkan produktivitas bangsa dan bahkan mengandung resiko berubah anarki.

Efektivitas pengawasan korupsi dan money politik dalam pemilu langsung justru sulit dilakukan. Mengawasi tindak korupsi atau money politik dari wakil rakyat yang berjumlah lebih sedikit akan jauh lebih mudah. Penegak hukum, baik Kejagung, KPK atau PPATK, lebih mudah mengawasi segelintir rakyat yang ditunjuk jadi wakil rakyat dibandingkan mengawasi money politik yang melibatkan masyarakat secara luas pada mekanisme pemilihan langsung.

Sengketa dari 500 pilkada langsung yang menjadi beban MK yang berjumlah 9 hakim konstitusi jelas menguras biaya, waktu dan energi bangsa. Bahkan sidang umumnya gagal menghadirkan putusan adil dan berkualitas karena terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki MK.

Penghematan anggaran setidaknya Rp 41 Triliun setiap tahun dapat dialokasikan untuk menambah ruang fiskal bagi pemerintah sehingga memungkinkan pemerintah menjalankan program-program kebangsaan yang membantu menghilangkan kemiskian dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan (Gini ratio sudah lampu merah, mencapai indeks 0.41).

Akar dari masalah demokrasi kita perlu kita pahami, terletak pada kualitas wakil rakyat dan partai politik. Tapi perlu kita sadari sepenuhnya, para wakil rakyat ini, kita suka atau tidak suka, adalah lembaga pembuat perundangan yang sah di republik tercinta ini. Mereka juga yang memiliki legitimasi yang sah dalam memilih figur-figur paling kompeten menjabat posisi-posisi strategis seperti panglima TNI, Kapolri, Ketua MK/ MA/BPKPK/PPATK, Gubernur BI, Komisioner OJK. Semua figur-figur lembaga negara itu adalah pemimpin-pemimpin bangsa, yang lahir dari pilihan-pilihan wakil-wakil rakyat Indonesia.

Maka tepat bila pengesahan UU pilkada via DPRD ini kita sebut sebagai era kembalinya demokrasi asli Indonesia. Rakyat yang semakin kritis dicerdaskan untuk berhati-hati dan selektif memilih wakil rakyat untuk dipercayakan duduk di DPR atau DPRD. Figur-figur berintegritas dan berkualitas harus bersedia masuk ke partai politik. Partai politik juga perlu semakin menyadari bahwa perekrutan putra-putra terbaik bangsa merupakan keniscayaan agar partai menjadi modern dan diterima masyakarat luas. Dengan ini, segala stigma negatif yang melekat kepada partai politik dan lembaga wakil rakyat dapat sama-sama kita benahi.

Peran wakil rakyat dalam bangunan demokrasi perlu kita perkuat, benahi dan terus sempurnakan. Bukan dengan hujatan, apalagi mencabut kewenangannya dalam sistem demokrasi kita. Benahi dengan ketulusan niat, kebeningan batin dan kearifan pikir. Maka kita akan mendapatkan sistem demokrasi yang efisien dalam biaya dan energy tapi efektif menghasilkan wakil rakyat berkualitas, yang menjadi penentu lahirnya pimimpin-pemimpin penuh integritas, profesional dan amanah di seluruh lembaga-lembaga negara.

Jika para pendiri bangsa dapat melahirkan gagasan besar, Pancasila. Kenapa kita, para generasi muda, tidak mampu mewujudkan gagasan besar kebangsaan itu secara bersama-sama?

Selamat merayakan hari Kesaktian Pancasila.

Perth, 1 Oktober 2016
Prayudhi Azwar

Source from: bluejundi.wordpress.com

Sabtu, 27 Agustus 2016

BERKAH RAMADHAN


Bicara seolah mudah padahal melakukannya sulit? Yaa, ternyata akan mudah bila kita mau menjalani setiap kesulitannya, dan akan terasa sangat sulit jika hanya berkeluh kesah.
Dari semua yang saya alami beberapa bulan lalu, bisa memberikan pelajaran yang berarti bagi saya, alhamdulillah slalu bisa memahami rasa syukur.
Dengan cara sering mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, diri sendiri, orangtua yang selalu memberikan dukungan, Superviser saya Pak Adi Purwanto dan Pembimbing saya Bu Septi Chairunnisa serta semua Dosen di Kampus, yang selalu memberi suntikan energi positive bagi saya, menurut buku yang saya baca “Whole Brain Power”, ucapan terima kasih memiliki suatu energi karena mengandung nilai dari suatu keberadaan (existence value).
Ramadhan oh Ramadhan bulan yang penuh berkah ini memang telah berlalu dari kita semua, tetapi bagi saya aura bulan ampunan itu masih bisa dirasakan, bisa bukber bareng anak-anak yatim dan orang yang saya disayangi.
Dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, ramadhan tahun ini sangat berbeda bagi saya dan keluarga, karena pada ramadhan kali ini saya menemukan arti lain dari kehidupan saya. Mungkin akan saya bahas di lain tulisan, terlalu panjang jika disini.
Ramadhan tahun ini bisa menikmati dan menjalankannya dengan leluasa dan khidmad bersama keluarga tercinta, dan lebih bersyukurnya lagi Allah memberi kepercayaan dengan menitipkan kebersyukuran kepada kami.
Menjadi sukses adalah keinginan semua orang, oleh karena itu jangan pernah takut gagal. Banyak orang yang down setelah gagal seperti apa yang saya alami beberapa bulan lalu, tetapi saya harus berani mengatakan bahwa tiada sukses yang tidak diwarnai kegagalan.
Kegagalan adalah ciri perjalanan sukses, dengan mengalami kegagalan, kita akan banyak mendapatkan pelajaran untuk mengetahui metode-metode yang lebih baik lagi, yang penting bergerak terus, berjuang terus, dan mencoba terus.
Alhamdulillah banyak mendapatkan hikmah dari semua ini, bahwa menjadi seorang pejuang bukanlah sesuatu yang mudah, jika ingin mencetak hasil yang memuaskan, dibutuhkan kecerdasan untuk membuat strategi selain mental yang tangguh.
Dan lebih beruntungnya lagiiiii, bisa berada dikomunitas KAT, yang selalu mengutamakan Tuhan, serta dukungan system ASSYST nya, agar semakin mudah untuk mewujudkan impian-impian kita, dan asyiiknya selalu di coaching langsung oleh dua orang yang luar biasa Amazing yaitu Coach Dhyka & Bu Coach Rini. Yang tidak pernah lelah mengajarkan kepada kami tentang bagaimana menjadi The Next Legend.

Minggu, 03 Juli 2016

PEMBENTUKAN FORUM KOMUNIKASI ALUMNI SMA NEGERI 1 CISARUA (FOKAS)


Assalamualaikum wr, wb. Salam sejahtera untuk kita semua.

Hasil Pertemuan Alumni dalam rangka Pembentukan Forum Komunikasi Alumni SMA Negeri 1 Cisarua (FOKAS), pada tanggal 03 Juli 2016 sebagai berikut:

1.    Menginformasikan mengenai latar belakang pembentukan Forum Komunikasi Alumni SMA Negeri 1 Cisarua.

Latar Belakang Pembentukan Forum Komunikasi Alumni SMA Negeri 1 Cisarua sebagai berikut:
Forum Komunikasi Alumni SMA Negeri 1 Cisarua atau disingkat FOKAS merupakan gagasan dari beberapa alumni SMA Negeri 1 Cisarua yang berkerjasama dengan Bidang Kesiswaan sekolah yang pembentukannya ditujukan untuk mewadahi para alumni untuk berkarya dan berkreasi serta termotivasi karena banyak Alumni SMA Negeri 1 Cisarua yang siap untuk memajukan, mempromosikan, dan melaksanakan kegiatan yang positif dan berkesinambungan.

2.    Menetapkan Dewan Pengelola Utama Organisasi (DPUO) dan Dewan Pengawas Organisasi oleh perwakilan alumni dari Angkatan I-VII yang dihadiri oleh Pembina OSIS SMA Negeri 1 Cisarua dan Ketua Komite Sekolah. Kepengurusannya akan segera dilantik oleh Bidang Kesiswaan pada tanggal 18 Juli 2016. Berikut Kepengurusan yang telah ditetapkan:

Dewan Pengawas Organisasi

•    Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 1 Cisarua
•    Pembina OSIS SMA Negeri 1 Cisarua
•    Ketua Komite SMA Negeri 1 Cisarua

Pengelola Utama Organisasi (DPUO)

•    Ketua Umum        : Ari Ramdhani (Angkatan VI)
•    Wakil Ketua        : Indra (Angkatan II)
•    Sekretaris        : Eka Susilowati (Angkatan V)
•    Bendahara        : Dewinta (Angkatan I)

Koordinator Angkatan

•    Angkatan I         Dika
•    Angkatan II         Ririn
•    Angkatan III         Lucky
•    Angkatan IV         Mulyana Salam Anwar
•    Angkatan V         Kaharudin
•    Angkatan VI         Siti Hanifah
•    Angkatan VII         Ika Adawiyah
•    Angkatan VIII         ?

Public Relation (HUMAS)         Chicy Sri Rachmawati (Angkatan VI)

3.    Merencanakan pembuatan Data Base Alumni, website Alumni, dan Media Sosial yang dapat mempererat tali silaturahmi antar Alumni.

Note:
    Data Base Alumni dimulai pengumpulan datanya semenjak pengurus ditetapkan dan ditargetkan rampung pada akhir Juli 2016.
    Data Base dikumpulkan oleh para Koordinator di masing-masing angkatan.

4.    Menetapkan Panitia Bayangan untuk Event Reuni Akbar yang rencananya akan dilaksanakan 2-3 bulan kedepan.

5.    Merencanakan penyusunan AD/ART Organisasi dan Logo Organisasi.

Cisarua, 03 Juli 2016
Dibuat Oleh,
Ari Ramdhani
Ketua FOKAS

Sabtu, 14 Mei 2016

DITELEPON PRAMBORS RADIO


28 April 2016 - Ada-ada aja, bangun tidur ditelepon sama Radio Prambors terus langsung on air deh. Ditanya-tanya nama panggilan pas ditongkrongan gitu. Terus gw jawab aja "Toby", gw jelasin deh asal-muasalnya haha gokil deh.

Di temenin Bang Ilham Ramdana (Twitter @IlhamRamdana) sama Kresna Julio (Twitter @KresnaJulio).

Buat kalian kawula muda yang mau seru-seruan bareng Radio Prambors bisa follow akun twitternya di @Prambors dan jawab setiap pertanyaan yang diajukan dengan gokil, insyaallah bisa jadi penghilang stress. Daaaaah.. See you next article..

Jumat, 13 Mei 2016

KETAGIHAN KUIS [CERITANYA]

 




Cisarua, 1 Mei 2016 - Alhamdulillahnya, maen di twitter ada hasilnya juga. Pertama waktu tangal 29 Februari yang lalu gw dapet kuis Ini Talk Show Net Tv untuk episode #AsyikIniTalkShow. Hadiahnya ditransfer ke rekening, tapi waktu penerimaannya tiga bulan. I dunno why lah, yang penting kan hadiahnya nanti diterima.

Dan yang kedua kemaren tanggal 29 April 2015 gw dapet kuis untuk Serial #ANANDHI44.


Hadiahnya lumayan buat isi pulsa. *hihi*

Hari ini gw udah ikutan tiga kuis nih, tapi belum ada pengumumannya. Ini ceritanya gw lagi ketagihan ikut kuis di twitter haha. Lumayanlah. Beginilah kalo anak jadi mahasiswa.

Kamis, 12 Mei 2016

EVERYONE YOU MEET HAS SOMETHING TO TEACH YOU


Cisarua, 29 April 2016 - Pagi ini, lagi-lagi Tuhan berkenan memberikan pelajaran penting pada saya melalui perantara seorang pria berkewarganegaraan Afghanistan yang tengah bermukim di Indonesia.

Bahwa untuk menjadi ikhlas dalam menghadapi kenyataan hidup yang pelik itu tidaklah mudah, tapi pada setiap hela nafas yang Tuhan berikan di setiap detik yang telah terlewati, kita harus selalu berusaha menjadi manusia yang ikhlas seutuhnya.

Ah, rupanya kali ini saya menjadi semakin percaya bahwa, "everyone you meet in your life has something to teach you".

Rabu, 11 Mei 2016

THERE'S NEVER FORMER FRIEND


Cisarua, 4 Mei 2016 - Long weekend kali ini saya mulai dengan membuka semua akun media sosial lama, mencari contact person orang-orang terdekat saya dulu.

Waktu kini nyatanya membawa masing-masing kita ketempat yang berbeda. Ada yang memutuskan untuk kuliah, bekerja atau bahkan menikah. Pilihan yang pelik ketika penghujung masa SMA tiba.

Mereka sekarang entah ada dimana. Saya hanya sekedar ingin tahu kabar mereka saja.

Sayapun mencoba menghubungi mereka satu per satu. Sayangnya hanya beberapa saja yang masih bisa dihubungi.

Pada intinya saya hanya ingin mereka tahu, saya masih teman mereka. Karena buat saya, tidak ada istilah mantan teman. Sampai kapan pun.

Senin, 07 Maret 2016

KETIKA TUHAN PATAH HATI


Pernah patah hati? Saat seseorang meretakkan hatimu, saat luka menghampiri sudut-sudut hati, saat kecewa mengobrak-abrik seluruh penjuru, bagaimana rasanya?

Berapa kali kamu menangis dan meronta hingga mengusik telingaNya? Berapa kali kamu mengadu, tanpa tahu Dia pun sedang disakiti olehmu. Saat kamu melakukan dosa, mungkin Tuhan juga sepatah hati itu.
Berapa kali kita menjadi pemeran utama atas tercipta airmataNya? Kamu selalu meminta agar Tuhan tak melepaskan tanganNya, barangkali kamu yang berlari dan membuatNya patah hati. Tapi Dia selalu disini, menunggu untuk kamu kembali.

Pernah berteman dengan jarak? Pasti kenal dengan rindu. Saat hatimu berkali-kali meminta sebuah temu untuk melepaskan sesak yang berdesak, bagaimana jika tidak dikabulkan? Saat kamu menunggu sebuah sapa dari yang kau cinta, tapi hingga penghujung hari tidak juga tiba, apa rasanya?

Saat kamu mengirimkan pesan rindu, tapi tak ada balasan atau kata setuju atas pertemuan, ketar-ketirkah hati? Kamu pasti mengerti pentingnya sebuah ‘temu’ untuk obat terjitu bagi rindu. Tuhan terlalu cinta dan kita terlalu sering mengabaikanNya.

Saat kita berteman dengan dosa, Tuhan pun berteman dengan jarak. Ada jeda yang membatasi, begitulah Tuhan merindu tanpa kamu tahu. Tuhan tidak membenci kita, tapi dosa. Mungkin sudah cukup kita memainkan perasaanNya, jika benar katamu kau cinta.

Rindu bukan hanya perihal lama tidak bertemu, tapi juga ketika dia tidak sedang berada di sisimu. Mungkin kini, Tuhan sedang rindu padamu. Mungkin sudah terlalu lama Ia menunggu kata-katamu atau rangkaian ceritamu dalam sebuah doa.

Doa adalah percakapan, latihan keakraban, pemusnah rinduNya secara perlahan. Bukan hanya sebelum tidurmu, tapi kapan pun, Dia selalu menunggu untuk ditemui. Bukan kata-kata manis yang dinilai, tapi isi hati.
Saat kamu bersungut-sungut atas perasaan kesepian, lupakah saat kamu mengabaikanNya, Tuhan juga memiliki perasaan? Saat kamu bilang tidak ada yang peduli dan mengerti, Dia bersedia meluangkan telingaNya untuk mendengarkan ceritamu. Tapi nyatanya, tak sedetik pun kamu menghampiriNya. Karena Tuhan terlalu cinta dan sebaiknya kita berhenti mematahkan hatiNya.

Jangan hanya bertemu untuk bertamu menyuguhkan harapmu agar disetujuiNya. Tapi tanyalah apa yang Dia ingin lakukan dalam hidupmu. Bersyukurlah atas segala hal yang telah dilakukannya. Berterima kasihlah karena Dia adalah satu-satunya yang paling bisa mencintaimu dengan luar biasa.

Lagi-lagi lewat sebuah doa, bertemulah, berceritalah seperti dua yang saling jatuh cinta.

"Ditengah hiruk pikuk Kota Jakarta yang seakan telah lupa siapa Tuhannya." - Cawang, 26 Januari 2016

Minggu, 06 Maret 2016

PERIHAL HUJAN DAN KABUT

944024_965306180207151_4263373554291888751_n

Memilih hidup di Kota Hujan, apalagi di daerah Cisarua yang notabene memiliki curah hujan yang cukup tinggi saat musim penghujan tiba, haruslah siap dengan segalanya resikonya. Mulai dari hujan yang menyetia dengan waktu, kabut putih yang membatu, cuaca dingin yang merasuk, angin yang menusuk, sampai kantuk dan lapar yang selalu datang tanpa diundang.

Aku bersyukur hidup disini. Diantara banyaknya orang yang mengeluhkan hujan, aku justru menyukainya. Meskipun, terkadang hujan membuat tubuhku sakit dan sistem imunku harus bekerja lebih keras dari biasanya. Aku tetap menyukai hujan. Selain kenangan, hujan juga selalu menginspirasi. Coba bayangkan, berulang kali ia terjatuh, namun ia tak pernah sedikit pun mengeluh.

Aku ingin tekad dan perjuanganku dalam menghadapi kehidupan bisa seperti hujan. Berkali-kali terjatuh dan tak pernah mengeluh.

Juga perihal kabut, ia laksana masa depan yang harus ditaklukan. Dalam menghadapi kabut, kita harus melangkah pelan, agar tahu di depan kita itu ada apa. Dan begitulah cara kita menghadapi masa depan. Melangkahlah, sedikit demi sedikit. Karena ketika kita tidak melangkah, kabut itu akan semakin pekat dan menggulung kita dalam masa lalu yang sangat erat.

Dalam rimbunnya kabut, Cisarua, 01 Maret 2016

Sabtu, 05 Maret 2016

PERIHAL YANG KAMU SYUKURI


Mencintai kamu melahirkan ketakutan yang teramat dalam untukku. Semakin hari aku semakin takut, jikalau hanya aku yang semakin nyaman kepadamu. Sedangkan bagimu aku tidak lebih dari sebatas teman. Perasaanku yang semakin menggunung ini, seolah tidak pernah kau sadari. Dan itu membuatku serba salah.

Bagiku, sekali jatuh cinta, begitu sulit untuk melepaskan diri begitu saja. Saat aku menyadari aku sedang jatuh hati kepadamu. Sungguh, tidak ada keinginan lain selain memilikimu. Menjaga hatimu. Melengkapi segala hal yang kita punya bersama-sama. Perasaan itu terus terasa. Semakin hari, aku semakin tidak bisa jika tidak bersamamu. Semakin aku nyaman, semakin aku tidak ingin kehilanganmu.

--Boycandra
IG: boycandra