Manusia kerap abai bahwa apa yang dimiliki adalah menjadi miliknya, padahal di suatu saat nanti toh ia tak tahu lagi mana yang menjadi miliknya atau apa-apa yang menjadi kebanggaan-nya itu, ketika ia sama sekali tak memiliki daya dan upaya, selain sekedar diam terbujur kaku saat diselimuti kain kafan.
Maka karibkan diri ini dengan waktu, sadari ihwal kedekatan ajal, kendalikan dan jangan umbar hawa nafsu, ringankan diri untuk mengamalkan amanah yang diterima, persulit diri agar tak berdekat-dekat dengan dosa, jangan pernah berhenti beramal salih, dan hidupkan lingkungan dalam bangun kema'afan agar silaturahim terus terjaga. Hidup bukan dilakoni dengan penuh keluh-kesah dan kuburkan segala bentuk kekikiran. Inilah gambaran dari sebuah tradisi iman dan taqwa yang sejatinya melekat pada setiap diri, sebagaimana pesan Imam Al-Ghazali. Jangan sampai kita terlepas dari ikatan semacam ini yang dikatakan: sebagai orang yang merugi.
Mari songsong tahun yang baru dengan optimisme hidup dalam kepandaian kita untuk senantiasa memberatkan neraca kebajikan dan kema'rufan demi kemashlahatan diri dan sesama. InsyaAllah.
0 Comment:
Posting Komentar