Chrome Pointer

Kamis, 07 Januari 2016

AWAL MULA KECINTAAN TERHADAP DUNIA SASTRA


Bersastra itu bukan perkara singkat. Butuh waktu untuk itu semua.

Dulu, sekitar tahun 2010, saat aku memberanikan diri bersastra, aku memilih puisi sebagai output sastraku.

Selanjutnya, di medio 2011, seiring waktu, aku bosan dengan puisi. Artikel-artikel sastrapun kubuat, meski tak sebaik tulisanku yang sekarang. Karena tulisanku dulu masih dibumbui 'Alay Style' dalam font tulisannya.

Di 2011 juga, aku mendalami seni pemeranan, aku ingin menjadi aktor kala itu. Aku berkeinginan, setidaknya aku dapat mementaskan satu pertunjukan semasa putih abuku dulu. Dan semua itu bisa tercapai, tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali.

Ada yang udik ketika di SMA dulu, setiap kali ada tugas Drama, Puisi, Pidato, membuat Artikel, atau membuat Laporan, aku selalu bersemangat. Semangatku lebih karena aku dapat mengembangkan kreatifitasku melalui tugas itu. Namun, beberapa kali aku menemui hal-hal janggal. Dimana kebebasan berkreatifitasku diambil oleh hak seorang guru dalam menghakimi muridnya.

Bosan dengan itu semua, aku belajar membaca puisi. Sampai pada satu titik dimana aku mengetahui bahwa aku dapat membaca puisi dengan baik. Hal itu aku buktikan saat classmeeting terakhir di SMA. Saat itu aku berhasil menjadi juara untuk kategori Membaca Puisi dengan mengalahkan kompetitor-kompetitor ulung yang berhasil merengkuh banyak gelar juara ditingkat Kabupaten. Setidaknya ada kebanggaan dalam diriku karena mampu mengalahkan mereka. Puisi yang kubawakan berjudul 'AKU SAJA' gubahan Trieska Oktaverinda. Adik kelasku yang duduk di kelas X kala itu.

Sekarang, di tempatku berpijak, di senja yang tak mampu kulukiskan keindahannya. Aku kembali bersastra, tentu dalam dimensi yang berbeda.

Sekarang ini, aku memilih mematah-matahkan hatiku dulu, mencari pengalaman untuk kujadikan tulisan. Karena bagiku, tulisan itu ajaib, mampu menyobek-nyobek perasaan, lebih dari sekedar pisau. Dan yang paling penting, tulisan yang datangnya dari hati, akan sampai lagi kepada hati. Itulah alasan mengapa aku suka dengan kegiatan menulis, mengeja masa dalam hal paling sempurna.

0 Comment: