“Hidup di tengah hiruk-pikuk ibukota yang tak ubahnya seperti robot yang tak pernah berhenti takkan pernah membuatku lupa akan asal-muasalku. Aku ini anak desa, anak kampung, tapi seperti apa yang kakek wanti-wanti padaku yakni, “Kita memang orang desa, kampung, tapi kita harus membuktikan bahwa kita ini tidak kampungan”, aku takkan melupan itu kek.”
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana mewahnya kehidupan modernis yang apatis ini. Terkadang aku jadi membenci sebuah kehidupan karena aku tak sanggup melihat bagaimana apatisnya orang –orang terhadap lingkungannya dengan dalih yang bermacam-macam.
Lalu, aku melihat pula sosok lain dari sang ibukota kebanggaan negeri ini yakni, sosok-sosok kaum termarjinalkan yang hidup di tempat-tempat lusuh yang tak pantas sekali untuk ditinggali.
Inikah negeriku? Inikah negeri yang kaya itu? Inikah realisasi sila ke-5 yakni “Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”?
Di tempatku magang, aku melihat banyak kementrian-kementrian yang sedang melaksanakan rapat-rapat. Tahukah kalian? Sekali rapat, biaya yang dikeluarkan itu terbilang tinggi. Ok kita rincikan.
Paket Meeting Hotel
Halfday
Rp 300.000,-/nett
Fullday
Rp 400.000,-/nett
Jika kita ambil kecilnya, diperkirakan sata kementrian ada 30 orang yang melaksanakan rapat, lalu rapat itu berjalan setengah hari, maka:
30 x Rp 300.000,- = Rp 9.000.000,-
Lalu, jika paling sedikit (dari hitungan saya di banquet event order) ada 5 kementerian yang malaksanakan rapat setiap harinya, maka:
5 x Rp. 9.000.000,- = Rp 45.000.000,-
Biaya di belum termasuk untuk uang transport pembicara, uang transport peserta rapat dan kepeluan lainnya seperti merchandise pamplet, stiker, buku catatan dan lain-lain. Jika diestimasikan bahwa keperluan lainnya adalah 3.000.000,-/meeting, maka:
5 x Rp 3.000.000,- = Rp 15.000.000,-
Maka total: Rp 45.000.000,- + Rp 15.000.000,- = Rp 60.000.000,-/hari
Nah, untuk biaya total meeting saja, kementrian-kementrian di Indonesia sudah menghabiskan biaya 60 juta rupiah per hari. Bayangkan dana tersebut per hari, bayangkan pula apabila dana tersebut digunakan untuk pengentasan kemiskinan. Bukan tidak mungkin jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat dana tersebut bisa membawa Indonesia merealisasikan janjin adalam pancasila, yakni “kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kebanyakan dari pada pejabat dinegeri ini tak mampu berbuat banyak, mereka ingin senantiasa dilayani, dimewahi, diagung-agungkan, padahal mereka itu “babu” negara, “babu” rakyat, harusnya mereka tahu diri, dari mana dan siapa mereka.
Setiap kementrian pastilah memiliki gedung, di gedungnya mereka pasti bisa melaksanakan rapat. Mengapa mereka tidak melaksanakan rapat di gedung mereka masing-masing saja? Mengapa harus di hotel atau hall pertemuan yang mewah? Terkecuali untuk event besar, misalnya pesertanya 500-1000 orang, itu baru dapat di maklum.
Sungguh tak habis pikir jika mengkritisi kinerja para pejabat negara di negeri “kaya raya” ini.
Ya Allah, jika kau berkenan, bawalah sosok-sosok orang jujur ke tingkat teratas kedudukan di negeri ini, perbanyaklah jumlah mereka. Ubahlah negeri ini menjadi negara yang makmur seperti yang seharusnya.
Dariku, seorang pemuda di negeri ini.
0 Comment:
Posting Komentar