Chrome Pointer

Minggu, 27 Desember 2015

SALAH KITA SENDIRI


Ketika Yuan resmi jadi mata uang dunia, Rupiah masih tetap terpuruk, tak berdaya. Lebih hebat dari itu, bahwa apa yang tengah menerpa dengan bangsa kita ini, sesungguhnya adalah gambaran riil dari tema titik-balik impas. Bahkan, fenomenanya malah termasuk dalam kategori menuju pailit. Mengapa demikian? Jawabannya: tinggal sedikit lagi kekayaan alam yang Allah SWT titipkan di persada ini.

Kendatipun masih ada, sejak lama sudah digadaikan. Kita memang tidak bisa serta-merta berlepas diri dari kerjasama dengan pihak asing, sebab itu telah menjadi komitmen sejak lama. Tetapi tentu ada celah negosiasi untuk dimungkinkannya hadir suasana win-win solution dalam kontrak karya berjangka panjang itu. Political will yang patut dikemukakan adlah meminta perhatian pihak mitra agar rela member tambahan nilai bagi hasil demi penyesejahteraan masyarakat. Itu amat dimungkinkan, sebagai bentuk kesalingmengertian dalam hubungan persahabatan.

Celakanya adalah, akan ada saja pihak-pihak yang “berpartisipasi” sehingga maksud baik untuk porsi kesejahteraan khalayak kerap ‘tergunting’ oleh kekuatan kelompok kepentingan yang ikut melakukan terobosan.


Itu salah satu contoh. Begitupun dalam banyak hal lainnya, agaknya memang dapat dibilang bangsa kita sendiri yang sebut saja kurang pandai bersyukur, sehingga apa yang semestinya menjadi milik bangsa dan bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat tetapi diabaikan  demi kemauan yang serba instan. Cari untung cepat dan kepentingan sesaat, untuk kalangan yang terbatas. Padahal, kalaulah digarap oleh tangan-tangan anak bangsa sendiri, tentunya kekayaan alam di laut, darat, dan udara yang dimiliki negeri ini akan menjauhkan kita dari cerita bakal kebangkrutan.

0 Comment: