Selama 3 hari itu aku harus bisa menunjukkan kegigihanku, dengan usaha keras yang singkat ini aku bisa melalui Ujian Nasional yang penuh kontroversi itu setidaknya dengan aman, dengan LULUS bukan LOLOS. Selama 3 hari itu, untungnya aku masih diberi iman yang kuat untuk tidak tergoda dengan banyak sekali bocoran jawaban yang beredar. Aku tahu asal muasal bocoran itu, tapi aku hanya tidak mau, apa yang aku usahakan selama ini ternodai dengan bocaran-bocaran yang tak guna itu. Aku juga tidak mau, ijazah yang nantinya aku gunakan untuk masa depanku, aku dapatkan dengan cara yang tidak halal dan aku juga tidak mau mengecewakan orangtuaku, terutama Mama yang selalu berdoa demi kesuksesanku dan aku juga tak mau uang negara yang mengucur untuk membiayai pendidikanku aku gunakan dengan cara-cara yang tidak beradab seperti itu layaknya seorang koruptor biadab itu. Aku berpikir apa bedanya aku dengan koruptor-koruptor yang ku hujat itu jika aku menggunakan lembaran yang berisi jawaban setan itu untuk memperoleh secarik ijazah? Tidak! Untuk aku masih punya hati, alhamdulillah aku masih bersyukur akan hal itu. Memang aku sakit hati sekali, melihat teman-temanku yang aku lihat usahanya jauh lebih keras dariku masih saja terjerembab dalam lingkaran setan itu. Tetapi lantas aku malah kasihan dengan mereka yang mau saja diperdaya dengan hal-hal seperti itu.
UN- pun akhirnya berhasil ku lalui dengan terlunta-lunta sekalipun, agak berlebihan sepertinya, tapi itu yang kurasakan. Tinggalah aku menunggu hasilnya. Bismillah, usaha yang kuat takkan berkhianat.
Siang itu hari terakhir UN aku habiskan di Warung Soto bersama kawan-kawan seperjuanganku. Tapi rupanya kawan-kawanku yang lain bersegera pulang bersiap-siap untuk refreshing menuju Yogyakarta. Yup, aku tidak ikut kesana, aku akan melakoni rutinitasku yang sudah ku persiapkan untuk menghadapi hari itu.
... Bersambung ...
0 Comment:
Posting Komentar