Chrome Pointer

Jumat, 05 Juni 2015

TITIK JENUH !



"Are you okay?"
"Yeah, I just tired."

Kesepian. Dia adalah teman yang setia, yang dalam keheningannya mampu memelukku dengan hangat. Yang dalam dekapannya aku mampu menjadi diriku sendiri. Dan yang dalam dinginnya malam selalu membuatku hangat dengan hujan air mata.

“Saya telah sampai pada titik jenuh” kalimat itu yang ingin sekali saya ungkapkan pada semua orang saat ini, saat rasa lelah itu mendera dan berusaha merobohkan kekuatan yang masih tersisa.

Kali ini saya hanya sedang merasa jenuh. Merasa mulai lelah dengan segala masalah dan retorika kehidupan yang ada. Dan ada kalanya saya merasa sendirian, merasa terlalu sepi. Merasa sudah tidak bisa tertolong lagi, sebut saja itu fase dimana kita mulai menemukan titik kejenuhan dalam hidup. Hingga akhirnya saya berfikir bahwa semua yang ada di dekat saya mulai menemui perubahan dalam diri mereka masing-masing dan saya masih tertinggal jauh sejak fase pertama metamorfosis kehidupan mereka. Dan kini waktu telah berhasil menjalankan peran antagonisnya.

Tiap manusia memiliki tingkat kelemahan dan kekuatan yang berbeda satu sama lain, itulah salah satu kekuasaan Allah. Ada manusia yang baru diberi cobaan yang menurut yang lain tidak seberapa besar, tapi menurutnya cobaan itu sudah melampaui batas kekuatannya sebagai manusia, atau bahkan sebaliknya.

Lagi-lagi saya hanya bisa pasrah dan berharap agar semuanya cepat berlalu dan kembali seperti biasanya. Tapi kenyataannya, everything has changed. I changed. You changed. Memang, semua orang berhak atas apa yang mereka lakukan. Perubahan adalah soal bagaimana kita bisa menerimanya, karena semuanya tentu berjalan, bumi akan selalu berputar, pohon-pohon kecil lama-kelamaan akan semakin tumbuh tinggi. Dan tentu saja, perubahan itu pasti akan kita temui.

Ya, lagi-lagi masalah tak pernah lepas dari jalan kehidupan itu sendiri. Saya pernah berfikir. Kenapa manusia harus diuji? Kenapa harus ada masalah yang membuat rumit jalannya kehidupan? Kenapa hidup ini tidak dibuat bahagia saja selamanya? Tidak ada tangis, tidak ada sedih, tidak ada protes akan kehidupan, tidak ada orang yang mengeluh, dan yang terpenting tidak ada lagi yang akan menyalahkan Tuhan. Itu akan lebih mengasyikan bukan?Lalu akhirnya saya menyadari bahwa.. Bahagia? Jika semua orang bahagia bagaimana para motivator mencari nafkah? Bagaimana seorang badut penghibur akan mendapat pekerjaan jika semua orang telah bahagia? Dan bagaimana jika ternyata bahagia mampu membuat kita lupa bersyukur? Ternyata Tuhan menciptakan bahagia selalu satu paket dengan kesedihannya. Faktanya hanya saat kita terpuruk saja kita akan lebih dekat dengan Sang Pencipta. 

Lalu saya hanya perlu menegaskan pada diri saya bahwa: Semuanya akan segera baik-baik saja Ri, karena Allah itu Maha Baik.Ini hanya sedikit ujian yang Allah kasih kepadamu, agar kamu bisa lebih dekat denganNya.

Ya, tidak ada kehidupan yang selalu berjalan mulus, kadang kita harus menemui lubang-lubang jalanan dan tanjakan yang berliku. Kita, hanya perlu mengendarai roda kehidupan ini dengan hati-hati, kalaupun jatuh. Ya harus bangkit lagi!

Titik. Titik jenuh. Itu bahkan hanya sebuah titik! Dalam kehidupan ada juga titik-titik lain yang harus kita temui, untuk itu seharusnya saya tidak stuck di satu titik saja. Saya harus mencari titik bahagia saya sendiri. Namun biarlah, biarlah saya menikmati titik jenuh ini terlebih dahulu, agar saya lebih pandai mengerti. Siapa saja yang ada disaat titik terbawah saya dan yang patut saya perjuangkan jika saya berada pada titik bahagia saya.

Tetapi Tuhan, kali ini biarkan saya sedikit mengeluh. 

Saya hanya sedang terlalu merasa lelah. Lelah jika ternyata usaha lebih yang selalu saya kerahkan tidak pernah sebanding dengan hasilnya. Saya lelah dikecewakan lalu berkata semua baik-baik saja dan mulai menaruh kepercayaan itu lagi tapi akhirnya saya dikecewakan lagi. Saya lelah terlalu sering disederhanakan. I’m tired, I’m just tired of holding on nothing.

0 Comment: