Chrome Pointer

Kamis, 17 Desember 2015

SURAT CINTA UNTUK AYAH (LAGI)



Kau tahu, aku sangat merindukanmu..
Kau tahu aku begitu mencintaimu,
Bagaimana kabarmu hari ini?
Apa kau masih terasa kaku di sekujur tubuhmu?
Apa kau masih merasa dingin di pagi harimu selalu menusuk-nusuk tulang-tulangmu?
Bapa, masihkah kau menyeduh teh dipagi hari dan malammu?

Bapaa….
Bapa, mengapa kau harus menanggung beban sakit yang tiada seorang pun mau menanggungnya?
Bapa, mengapa kau harus terkapar lemah hingga bertahun-tahun?

Bapa..
Tak lagi dapat aku rasakan kini tiap pulang sekolah kau jemput aku lagi.
Tak dapat lagi kini aku rasakan kau membelikanku buku bergambar warna-warni.
Tak dapat lagi kini aku rasakan kau belikanku sepotong es berlapis coklat lagi.

Bapa…Kapan kau sembuh?
Aku sudah bertanya-tanya pada Tuhan kapan kau sembuh, tapi tak ada jawaban.
Kini kutanya padamu apakah tak ada jawaban juga?
Bapa…sedih sewaktu tak seorangpun dapat mengantarkanku pindah kesini. Meski aku sadari ibu pun dapat mengantarku, namun hatiku mencegahnya. Aku tak tega jika nanti ia harus pulang sendiri.

Bapa..
Masihkah kau rajin minum obatmu? Rajin berolahragakah?
Bagaimana kau bercumbu dengan Tuhanmu? Mintakah kau Tuhan untuk menyembuhkanmu? Kapan bapa? Kapan? Beri tahu aku kapan kau bisa sembuh dan menjalani hari-harimu seperti dulu.
Aku tak tahan lagi bapa, harus jalani hari-hariku sedang kau kepayahan disana. Aku tak tahan lagi mendengar kau begitu kesakitan menahan sakitmu.
Sudah berapa lama kau membiarkanku berjalan sendiri tanpa kau dampingi disisiku? Tegakah kau terus seperti itu?

Bapa, aku mohon…sembuhlah untukku…Putramu…
Aku tahu, meski sering aku membuat jengkel hatimu..tapi dihatimu pasti tersimpan rindu kan?
Bapa, kini jarak kita terpaut begitu jauh, bahkan sangat jauh…
Tak inginkah kau sedetik saja menengokku dalam keadaanmu yang tak lagi lemah tak berdaya?
Tak inginkah kau sedetik saja melihat aku berada diatas tanah yang dihamparkan Tuhan yang begitu terpaut jauh denganmu?
Tak inginkah kau kelak hadir di wisudaku, meski hanya untuk melihatku dengan baju kebesaranku?

Bapa….aku mohon…Sembuhlah…
Kau satu-satunya lelaki yang ada dalam keluarga. Tak inginkah kau melihat putrimu melangkah menggapai cita?
Bapa, Jika esok mentari terbit, ingin aku melihat wajahmu meski sebentar saja. Bukan untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi tuk mengucapkan selamat datang. Bapa…Jika malam esok langit cerah bertabur bintang dan sebuah bulan bersinar benderang, aku ingin bulan sabit yang terbentuk..mewakili senyummu yang bertahun-tahun aku rindu.

Bapa…
Sekali lagi…sembuhlah untukku, putrimu…
Supaya dapat lagi kau bimbing aku dengan pasti tuk raih citaku..cintaku..dan dapat kuukir kebahagiaan dihatimu dan hati ibu..

Bapaa…
Tidakkah kau ingin aku, adik-adikku, ibu dan kau berkumpul berdialog penuh canda tawa?
Tidakkah kau ingin ketika kelak citaku tergapai, kau orang pertama yang berdiri disampingku dan memberikan ucapan selamat untukku?
Tidakkah kau ingin ketika aku temukan belahan jiwaku, kau orang yang menjadi waliku dan menjabat tangannya dan merangkul tubuhnya untukku? Yang kelak mengimamiku?
Dan, tidakkah kau ingin ketika panggilan Tuhan ke tanah suci nan jauh di Tanah Haram itu, kita bersama-sama berpakaian ihram dan berlari-lari kecil dari bukit shafa dan marwa bersama-sama?
Maka dari itu bapa…Rindukanlah masa-masa itu….Sembuh lah untukku, Putri Pertamamu…
Dan, aku mendekap kau dan ibu dengan penuh cinta dalam tiap doa di shalat malamku…

Aku mencintaimu, bapa..
Aku mencintaimu, Ibu..
Dan, aku sangat mencintaimu adik-adikku…

0 Comment: