Chrome Pointer

Selasa, 25 Agustus 2015

SELAMAT TINGGAL MUSIM PENYESALAN


Ketika kenangan membawaku tiba pada waktu untuk menampar setiap detik yang tak pernah kembali. Ketika tiba saatnya kita berhenti melangkah untuk menghela nafas sejenak, membiarkan semua yang terlewat berlalu dan hilang seperti biasa. Dan ketika pada akhirnya semua yang telah terjadi tak akan pernah bisa kembali, menjadi debu atau abu yang tersapu bersama angin musim semi yang sebentar lagi datang.
Ya, tiba waktunya kita berdiri lagi di awal musim. Dengan segala sesuatu yang singgah bersamanya. Yang hilang, yang pergi dan yang terlewat.

Pernah tiba pada masa dimana kita menikmati setiap detik pergantian musim dengan senyum. Tapi pada saatnya pula, kita menikmati pegantian musim dengan wajah setengah senyum. Hati yang tak lagi bersih, pikiran kosong dengan segala macam kesalahan yang menghantui, merongrong, yang tak pernah berlalu, seperti benalu.

Aku melewati musim penyesalan, bukan musim terbaik, tapi juga yang terburuk (mungkin). Aku hanya berjalan diatas ketidaktahuan (atau kebodohan) yang tak hentinya aku perbuat. Hal-hal kecil yang harusnya tertahan, terjadi begitu saja. Melewati batas dari batasan yang aku buat. Musim penuh ego dan keinginan. Musim tanpa perhitungan, musim yang berlalu dengan penuh kekecewaan dan mengecewakan banyak orang.
Kita mungkin tak pernah tahu bagaimana pengalaman akan mengajarkan kita. Sebuah pertanda terbesar yang akan mengubah hidup kita. Menjadi lebih buruk atau menjadi lebih baik. Dan semua yang terjadi hanyanya sebuah pilihan. Seperti kita menentukan gambar atau angka pada koin yang berputar.
Tapi sayangnya, musim ini lebih buruk dari sekedar putaran koin uang. Musim ini adalah tentang berjalan tanpa perhitungan, berperang tanpa amunisi dan berjalan tanpa tau arah tujuan.

Waktu memang tidak pernah bisa kembali dan memang tak akan kembali. Tapi pada saatnya nanti kita akan punya waktu untuk berbicara dengan waktu. Berterimakasih untuk pelajaran berharga dalam hidup.
Pada waktunya nanti, aku akan berujar pada waktu dan senja. Aku yang pernah terjatuh karena menyia-nyiakan keduanya, akan tersenyum. Berterimakasih karena memberi waktu dan menunggu. Untuk bangkit, untuk membayar semua kesalahan.

"Mungkin benar, Tuhan adalah Maha Pengetahuan, dan kita adalah makhluk dengan penuh ketidaktahuan. Dan yang pasti semua yang telah terjadi akan menjadi pelajaran untuk mengambil kembali apa yang terlewat dan hilang bersama musim penuh penyesalan."

Semoga Tuhan masih mau berbicara, masih mau menjabat doa dan masih mau memberikan untuk harapan. Keinginan untuk lebih baik dan menjadi lebih baik. Terimakasih senja dan waktu. Kalian yang mengingatkan aku seberapa besar ego yang aku punya, dan batas yang harus aku pijak. Dan untuk kalian tulisan ini tertulis.

Terima kasih..

0 Comment: