Aku menuliskan catatan ini dari desakan beberapa rasa yang tiba-tiba menyenggol ruang kerja kepala. Atau sebut saja aku terlalu malu untuk memberitahumu, bahwa aku rindu. Iya aku rindu kau yang dulu.
Ingatkah engkau? Entah berapa juta detik yang lalu, mata kita pernah beradu, kau terisak dihadapanku. Ingin sekali aku berusaha menegarkanmu, karena ini adalah ulahku. Kita saling merekam setiap gambar dalam retina kita. Lalu kau melontarkan beberapa desibel suara yang mengisi gendang telingaku hingga menyentuh kokleaku dan terekam sempurna dalam otakku.
Danar - Asti - Bastian - Ari - Dede - Chicy
Jarak memang pendesak. Hingga aku alami irama sesak. Itu pertanda bahwa rindu sudah beranak-pinak dan kali ini aku mempersilakan aksaraku untuk berbisik pelan lewat matamu.
Jarak kita memang tak terlalu jauh. Bisa aku tempuh hanya dengan menapakkan langkah kakiku, tapi aku terlalu malu untuk melakukan semua itu. Aku takut menyakiti dia. Sahabatku yang juga mencintaimu. Aku menyayangi kalian berdua. Sahabatku dan orang yang telah mengisi hatiku.
"Aku merindukanmu"
Selain jarak, bukankah kepastian juga tak pernah berpihak? Iya?
Fajrin - Fikri - Lisna - Ira - Firman - Irman
Aku hanya menunggu, karena aku adalah penunggu. Tuhan telah memberikan aku kesabaran yang lebih untuk menunggu. Sekali lagi aku hanya menunggu. Menunggu hadiah dari Tuhan, kalau-kalau bisa sesekali dipertemukan. Anytime. Anywhere. Aku hanya menunggu hari dari Tuhan, kalau-kalau hadirmu bisa ku temukan disepinya hariku. Aku hanya menunggu sebuah keajaiban, bahwa Tuhan setuju untuk mempertemukan kita. Untuk sekedar melepas rindu. Itu saja. Apa itu doa yang terlalu tinggi? Apa aku sudah melayang jauh berpuluh senti dari tanah tempatku berpijak?
Aku hanya ingin mengingatkanmu. Empat hari lagi "TIGA BELAS MANIS" itu akan tiba."TIGA BELAS MANIS" dimana kita akan bertemu dalam suatu opera kolosal. Itu akan menjadi momen pertemuan yang berharga bagiku. Itu sangat sakral bagiku. Semoga kau telah mempersiapkan itu. Semoga.
Tia - Marsel - Ucup - Zul - Nopri - Adit
Oh ya! Nanti disana kamu akan melihat betapa aku sangat merindukanmu. Dihari itu lihatlah juga dua sosok pria dihadapanmu. Ada aku dan dia, Sahabatku. Kami, dua orang yang sama-sama mencintaimu dan sepakat menginginkanmu bahagia. Itu saja. Semoga kamu ingat ucapanku ini.
Sadewo - Sarrah - Rizky - Rina - Sahrul - Riri
Ada banyak cara yang sudah kita tempuh untuk memperbaiki kondisi ini. Kita pun sudah sering mendengar dan melihatnya. Tapi, entah kenapa bukan itu yang berada diprioritas inginku. Sekarang, aku hanya ingin sesederhana kamu ada. Aku ingin ketiadaanku tidak menjadi sebuah kesamar-samaran yang terciptakan di "TIGA BELAS MANIS" nanti. Aku hanya ingin "TIGA BELAS MANIS" yang bergulir sederhana dan bisa mendesirkan debar-debar dalam dada karena kamu ada untuk mematrikan momen dalam prasasti hati yang akan aku kenang hingga mati nanti.
Sopian - Doni - Whinda - Suci - Yuli - Umar
Dihari itu, saat aku membuka pintu rumahku. Aku sungguh tak memerlukan paket kejutan yang dilakukan beberapa perempuan untuk membuat laki-lakinya bahagia. Aku hanya ingin ada langkah kakimu yang sama-sama sejalan denganku. Menuju Teater "TIGA BELAS MANIS" kita.
Boleh?
Dipagi yang mengigil karena rindu..
0 Comment:
Posting Komentar