Chrome Pointer

Rabu, 17 Februari 2016

DELAPAN FEBRUARI DUA RIBU ENAM BELAS


Sebab jatuh cinta adalah hal yang tak selalu mampu terejawantah oleh sesuatu bernama kata; terkadang hanya menjelma tatap mata dan degub di dada.

Maka, kuserahkan saja segala kebekuan bibir ini pada tatap matamu, pada rentang lenganmu, pada obrolan-obrolan ringan yang kutahan agar tak cepat berlalu.

Aku telah bersusah payah mengutuk waktu menghadirkanmu disini dengan segala gemuruh di dadaku. Sesuatu yang akhirnya kusimpulkan sebagai rindu.

Matamu adalah racun yang melahirkan candu. Pelan-pelan mencairkan kebekuan, namun tak pernah mampu melahirkan keberanian untuk sekedar memintamu agar sama-sama bertahan.

Sampai saat ini pun, aku tetap menjadi tanah yang tabah, bertahan menanti hujan. Meski tahu kering kerontang mampu membunuh tubuhku perlahan.

Kau tahu? Demi cintaku kepadamu, kubiarkan saja cemas dan gemuruh berperang di dadaku, meski kadang tak tertahankan.

0 Comment: