Ulama sebagai waratsatul anbiya (pewaris para nabi-nabi) dalam menyampaikan dan menegakkan misi kebenaran, pasti tidak akan rela berkompromi jika untuk memenangkan suatu kebatilan. Ulama juga merupakan sumber fatwa, karena ulama itu adalah ahli ilmu, atau yang trend disebut pakar Agama, sehingga fatwa-fatwanya harus dapat mengantarkan sesuatu kebijakan pembangunan ke jalan yang diridhai dan diberkahi Allah. Namun jika ulama tidak berani menegakkan dorongan (ruh) agama dalam satu kehidupan, apalagi jika ulama itu bisa diamanahkan dengan sesuatu materi dunia, sehingga ia harus diam dihadapan penguasa dzalim, atau lumpuh dalam menegakkan al-haq, yang hanya disebabkan hadiah duniawi dari penguasa, maka sesatlah ia dalam keulamaannya, dan ia dapat disebut hanya sekedar Ulama Dunia. Sebab ciri Ulama Suu' atau disebut Ulama Dunia, antara lain:
- Ulama yang mendekatkan diri dengan penguasa dzalim serta tindakan-tindakannya bermuara kepada pencarian popularitas dan kekayaan dunia.
- Ulama yang menjadi penopang dan pemberi legitimasi pada para penguasa, padahal kebijakan penguasa itu jelas suatu kedzaliman dan kebathilan.
- Ulama yang tergesa-gesa memberikan fatwa demi untuk kepentingan, kesenangan penguasa, padahal ia belum selidiki menurut pandangan Al-Qur'an dan Sunnah.
Adapun ciri Ulama Akhirat (pewaris Nabi) antara lain ialah:
- Berani menyatakan al-haq dihadapan penguasa dzalim.
- Menjauhkan diri dari penguasa dzalim.
- Ia tidak mau masuk lingkungan penguasa selama ia bisa menghindarkannya, bahkan sepatutnya ia menjaga diri, tidak beqgaul dengan mereka. Meskipun mereka datang kepadanya.
0 Comment:
Posting Komentar