Chrome Pointer

Sabtu, 03 Oktober 2015

[Review] “Divergent : #1 Novel of Divergent Trilogy”



Title: Divergent

Author: Veronica Roth

Genre: Science fiction / Dystopian

Publication date: April 25, 2011

Pages: 487

        Divergent merupakan novel debut seorang penulis Amerika bernama Veronica Roth. Divergent adalah versi Dystopia Chicago. Dystopia adalah bentuk sastra yang mengeksplorasi struktur sosial dan politik. Distopia sering ditandai oleh bentuk pemerintahan otoriter atau totaliter. Sering menampilkan berbagai jenis represif sistem kontrol sosial, kurangnya atau tidak adanya kebebasan dan ekspresi individu, dan keadaan perang atau kekerasan yang konstan ( http://soundofmusic.web.id/2012/04/apa-itu-fikti-distopia/ ) .

Sinopsis:

       Satu pilihan menentukan apa yang harus kau percaya. Satu pilihan, memastikan siapa yang kau turuti, selamanya.

       Chicago, usai perang nuklir yang menghancurkan dunia.

       Pada usia 16, setiap orang harus mengambil pilihan yang akan menentukan seluruh jalan hidupnya. Memilih satu dari 5 Faksi —Abnegation, Dauntless, Erudite, Amity, Candor. Faksi Abnegation berisi mereka yang tak menyukai pamrih dan egoisme. Dauntless berisi mereka yang membenci kepengecutan. Erudite berisi mereka yang tak menyukai ketidaktahuan. Amity berisi mereka yang tidak menyukai peperangan. Dan Candor berisi mereka yang tidak menyukai kepalsuan.

       Pada tes kecapakan, Beatrice Prior memperoleh hasil yang membingungkan, tak dapat disimpulkan. Biasanya setiap tahap simulasi akan mempersempit satu atau lebih jenis faksi yang ada, namun dalam kasus Beatrice, hanya ada dua faksi yang dicoret. Dia menunjukkan tingkat kecakapan yang seimbang antara Abnegation, Dauntless dan Erudite. Beatrice mengetahui satu hal baru bahwa dirinya adalah Divergent —mereka yang memiliki perbedaan. Tori —sukarelawan dari Dauntless— penjaga tes Beatrice membantunya untuk memalsukan hasil tes kecakapan dengan cara memasukkan Abnegation sebagai satu-satunya faksi yang muncul dalam tes Beatrice. Dan Tori juga berpesan padanya untuk tidak mengatakan sedikitpun tentang Divergent kepada orang lain, bukan karena memang mereka dilarang untuk membicarakan hasil tes kecakapan tapi lebih karena… Divergent benar-benar berbahaya. Beatrice berusaha menjaga rahasianya itu untuk dirinya sendiri, bahkan dia tak sedikitpun menceritakan tentang tes kecakapannya kepada orang tuanya ataupun Caleb, kakak laki-lakinya.

       Di hari upacara pemilihan, Beatrice mengalami keraguan faksi mana yang akan dia pilih diantara Abnegation dan Dauntless. Tak pernah sedikitpun terlintas di benak Beatrice untuk memilih Erudite meskipun Erudite keluar sebagai salah satu kecakapannya karena ketegangan yang terjadi antara Erudite dan Abnegation. Ditambah lagi ketika Caleb lebih memilih Erudite daripada Abnegation. Jika dia bersikeras untuk meninggalkan Abnegation, itu artinya tak ada lagi yang akan bersama orang tuanya. Hanya dirinyalah yang tersisa untuk tetap berada di sisi orang tuanya. Namun kenyataannya dia tak pernah cocok berada di Abnegation, dia egois, dia tak bisa selalu bersikap tanpa pamrih. Setelah perdebatan batin, Beatrice lebih memilih untuk bergabung dengan para pemberani Dauntless, faksi yang sudah sejak lama menjadi impiannya, meninggalkan Abnegation yang tanpa pamrih, meninggalkan orang tuanya, meninggalkan pakaian abu-abu yang selalu menjadi ciri khas Abnegation.

       Beatrice menjadi Tris, berharap menemukan jati dirinya bersama para Dauntless. Namun Tris harus lulus inisiasi terlebih dahulu agar diterima. Tak ada jalan kembali. Tak lulus berarti Tris akan bergabung dengan orang-orang yang terbuang. Hidup menggelandang. Tris tak mau menjadi seorang Factionless, karena baginya menjadi Factionless lebih menakutkan daripada harus menghadapi kematian.

       Dari hari pertama inisiasi, Tris telah menjadi terkenal, si pelompat pertama. Peserta inisiasi pertama yang memutuskan untuk melompat dari atas gedung menuju pintu masuk anggota faksi Dauntless. Dan satu tangan yang diraihnya diantara tangan-tangan yang terjulur lain untuk membantunya berdiri menjadi orang yang mencuri perhatiannya, menjadi orang pertama yang dia cintai, Four, instruktur inisiasi para pemilih baru. Selanjutnya, Tris akan mengetahui fakta bahwa ternyata Four adalah Tobias Eaton, putra tunggal Marcus Eaton yang mengkhianati ayahnya dan lebih memilih Dauntless daripada Abnegation untuk menghindar dari ayahnya. Selama proses inisiasi itu pulalah Tris bertemu dengan sahabat-sahabat baru, Christina dan Al seorang pemilih dari Candor, serta Will dari Erudite. Selain sahabat, Tris juga bertemu dengan peserta yang berniat membunuhnya karena perasaan iri, Peter.

       Identitas Tris sebagai seorang Divergent yang selama ini disembunyikannya akhirnya diketahui oleh Four dalam inisiasi tahap kedua, ketika Tris harus masuk dalam simulasi untuk menghadapi ketakutannya sendiri. Four juga menghapus hasil simulasi Tris, dan meminta Tris untuk menyembunyikan identitasnya selama simulasi kecuali jika dia ingin berakhir mati dilempar dari tebing. Selama proses inisiasi, Tris menyadari bahwa sifat tanpa pamrih dan tak egois yang dulu selalu sulit dilakukannya ketika masih berada di Abnegation justru muncul ketika dia telah memilih Dauntless sebagai masa depannya. Tris menyadari bahwa ciri khas itu tak akan bisa dia rubah meskipun dia telah memilih faksi yang berbeda.

       Malam terakhir inisiasi, ketika Tris terjaga dari tidurnya dia melihat bahwa semua teman-teman inisiasinya berubah menjadi seperti robot, bukan hanya teman-teman inisiasi namun juga anggota Dauntless lain. Mereka semua berjalan dengan langkah kaku dan serempak menuju tempat yang Tris tak ketahui. Tris teringat bahwa serum yang disuntikkan Eric —pemimpin termuda Dauntless— ketika simulasi terakhirlah yang menyebabkan seluruh Dauntless berubah menjadi semacam mayat hidup, sedangkan dia adalah Divergent yang mampu memanipulasi simulasi, itu sebabnya dia tak berubah menjadi robot seperti Dauntless lain. Untuk.menghindari kecurigaan para pemimpin Dauntless yang tak mendapat suntikan serum, Tris memutuskan untuk mengikuti teman-temannya, berpura-pura menjadi robot. Kemudian Tris menyadari bahwa seluruh Dauntless mengarah ke Abnegation untuk menghancurkan mereka, Tris tak mungkin berperang melawan keluarganya sendiri, meskipun dikatakan bahwa faksi lebih penting daripada pertalian darah tapi Tris tidak bisa, dia harus menyelamatkan keluarganya. Tris telah berencana untuk menyingkir dari para Dauntless dan menyelamatkan keluarganya tapi rencananya hancur karena para pemimpin mengetahui bahwa Tris tidak terpengaruh serum ketika menyelamatkan Four dari tembakan Eric. Ternyata Four adalah Divergent seperti dirinya namun belum sempat mereka melarikan diri, Eric telah menangkap mereka dan memerintahkan untuk membawa mereka ke markas Erudite, menghadap Jeanine, pemimpin Erudite yang kejam, yang merencanakan semuanya, merencanakan untuk menghancurkan Abnegation dengan memperalat Dauntless. Sangat masuk akal karena Erudite tak dipersiapkan untuk menghadapi peperangan seperti Dauntless. Erudite memanfaatkan kecerdasan mereka untuk membuat serum yang mampu mengontrol kaum Dauntless agar mau bekerja di bawah perintahnya, sebuah tindakan yang cerdas. Jeanine yang jahat menyuntik Four dengan serum baru, serum yang berhasil bekerja pada Divergent, menyebabkan Four masuk ke dalam simulasi, memandang kawan sebagai lawan, dia bahkan berniat membunuh Tris.

       Atas pengorbanan ibu yang sebelumnya dia tinggalkan demi memilih Dauntless, Tris terbebas dari tahanan Jeanine dan berhasil menemui ayahnya yang bersembunyi bersama Caleb serta beberapa Abnegation lain yang masih hidup, namun harga yang harus dibayar ibu untuk menyelamatkan Tris terlalu besar… nyawa. Ibunya tertembak dan meninggalkan di depan matanya sendiri. Tris pun terpaksa menembak Will, sahabatnya yang juga terkena simulasi demi menyelamatkan hidupnya.

       Tris, ayah, Caleb dan Marcus kembali ke markas Dauntless untuk menghentikan program komputer yang menjalankan simulasi dan menghancurkan data-datanya untuk membangunkan semua Dauntless yang masuk dalam simulasi. Perjalanan mereka menuju komputer pusat tidaklah mudah karena mereka harus melewati prajurit penjaga Dauntless dengan senjata lengkap selain itu, lagi-lagi Tris harus kehilangan nyawa orang yang disayanginya, ayahnya meninggal demi menyelamatkannya. Tapi Tris sadar bahwa dia tak boleh terlalu larut dalam kesedihan, setidaknya untuk sementara karena bagaimanapun juga dia harus masuk ke ruang pengendali dimana komputer pengontrol simulasi berada. Tapi lagi-lagi Tris harus menghadapi masalah saat tahu bahwa ternyata Four yang menjalankan simulasi itu karena pengaruh serum yang disuntikkan Jeanine pada Four saat berada di markas Erudite. Tris berjuang untuk menyadarkan Four bahkan rela mati saat Four mengarahkan pistol kepadanya, di detik-detik terakhir sebelum Four benar-benar menembak Tris, Four bisa lepas dari simulasi dan kembali menjadi Four yang sesungguhnya. Mereka berduapun berhasil mematikan simulasi dan mengambil seluruh data. Kemudian mereka berdua bersama Caleb, Peter —yang meminta Tris untuk membawanya pergi dari Dauntless— serta Marcus berhasil melarikan diri menuju Amity. Namun masalah yang harus dihadapi Tris belum berakhir, karena peperangan yang sebenarnya telah menanti.

Review :

       Sejujurnya ketika mulai membaca Divergent aku masih belum mampu menyukainya, bahkan setelah aku membaca tiga per empat novel pun belum muncul ketertarikan pada novel ini, namun Veronica Roth memiliki cara yang menganggumkan hingga mampu memaksaku untuk terus membaca lembar demi lembar tanpa sadar hingga aku berada di lembaran terakhir. Banyak pertanyaan yang muncul saat membaca, seperti asal mula dibentuknya 5 faksi, memang di novel sempat dituliskan, hanya sedikit, para leluhur membentuk 5 faksi untuk menghindari peperangan. Selain itu juga tak banyak dijelaskan tentang Divergent, di novel hanya dijelaskan bahwa Divergent berbahaya, namun tak dijelaskan kenapa Divergent berbahaya. Apa hanya karena mereka mampu memanipulasi simulasi hingga mereka dikatakan bahaya? Belum menemukan jawaban, mungkin akan terjawab di seri selanjutnya.

       Novel ini lebih banyak bercerita tentang proses inisiasi Tris untuk menjadi anggota Dauntless yang diiringi dengan kisah cinta antara Tris dengan Four, masalah hanya muncul sedikit dibagian akhir novel. Itupun belum mencapai klimaks, mungkin akan terjadi di seri selanjutnya (lagi). Belum terlalu memuaskan namun mampu membuatku penasaran untuk membaca kelanjutan kisahnya.

       Di samping itu, banyak pelajaran yang diperoleh setelah membaca ini. Bahwa sebuah keberanian bukan hanya berarti ketika kita berani melompat dari gerbong kereta yang sedang melaju atau meluncur dari lantai seratus menggunakan katrol. Keberanian lebih dari itu. Keberanian yang sesungguhnya adalah ketika kita berani mengakui kesalahan pada orang lain, berani berkata jujur, berani meminta maaf, berani mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain. Juga tentang proses pencarian jati diri yang terkadang harus rela mengorbankan kehidupan damai yang dijalaninya untuk mendapatkan kehidupan lain yang lebih menantang, rela meninggalkan orang tua serta rumah aman yang selama ini mereka tinggali namun pada akhirnya kita sadar bahwa rumah itu, orang tua itu adalah bagian dari diri kita, dimanapun kita berada atau keputusan apapun yang kita ambil kita tak pernah bisa melupakan mereka atau menghilangkan mereka dari diri kita.

       Fiksi Dystopia yang menganggumkan. Aku selalu senang dengan novel yang mampu memaksa kita untuk membayangkan sebuah dunia dimana kita tak pernah ada di dalamnya sebelumnya. Bacaan yang patut diperhitungkan untuk mengisi hari-hari yang melelahkan atas rutinitas dunia yang kadang membosankan.

       Divergent dikabarkan akan diangkat ke layar lebar oleh Summit Entertainment  dan akan dirilis kira-kira pada 21 Maret 2014. Salah satu pemeran dalam Divergent adalah Kate Winslet yang pernah memerankan Rose dalam film Titanic, di dalam Divergent dia akan memerankan tokoh Jeanine Matthews.

"Biarkanlah rasa bersalah mengajarkanmu bagaimana bersikap di lain waktu. —Ayah kepada Beatrice, Divergent."

0 Comment: