Welcome to Allegiant, 3rd and final book from Divergent series.
Di akhir buku dua, Insurgent, kita dibuat penasaran oleh siapa itu Edith Prior. Di video itu Edith mengatakan tentang kehidupan di luar compound dan mengajak siapa saja untuk tinggal di sana. Video itu membuat beberapa orang yang masih percaya kepada kehidupan dalam bentuk fraksi, dan menolak kehidupan tanpa fraksi dengan Evelyn sebagai pemimpin, membentuk Allegiant, yang dipimpin oleh Cara dan Johanna Reyes.
Dan, Tris serta Tobias tergabung ke dalam kelompok ini.
Allegiant dibagi dua, mereka yang pergi keluar compound untuk mencaritahu maksud video Edith Prior, dipimpin oleh Cara, dan mereka yang tinggal untuk merencanakan perlawanan terhadap factionless tyrant, dipimpin oleh Johanna Reyes. Tris, Tobias, Caleb, Christina, Uriah, Peter, Tori, dan satu anak Erudite yang gue lupa namanya, bergabung dengan Cara. Dibantu oleh Johanna Reyes, mereka berusaha keluar dari compound. Sayang, ada satu yang terpaksa mati, Tori.
Mereka pun berhasil sampai ke Bureau of Genetic Welfare. Sebelum sampai di sana, mereka bertemu dua orang dari Bureau, Zoe dan Amar. Dan, kehadiran Amar membuat Tobias kaget karena setahu dia Amar mati karena ketahuan Divergent (Amar ini mentor Tobias waktu inisiasi pas masuk Dauntless).
Mereka pun akhirnya bertemu pimpinan Bureau, David, yang juga mengetahui masa lalu Nathali Prior alias ibu Tris. Dan Tris mengetahui siapa sebenarnya ibunya. Dan, mereka juga diberitahu apa sebenarnya kehidupan compound yang mereka tempati. Ternyata, di masa depan, Bureau ini bertanggungjawab membuat ekspresimen gen yang menghasilkan beberapa manusia yang ditempatkan di wilayah tertentu, salah satunya Chicago. Mereka mengadakan percobaan seperti apa kehidupan dengan fraksi-fraksi ini. Dan Tris juga menemukan kalau Divergent itu sebenarnya adalah genetically pure (GP) dan yang lain adalah genetically damage (GD). Which is, Divergent yang selama ini dia tahu berbahaya dan harus dimusnahkan oleh Jeanine Matthews ternyata adalah eksperimen gen yang berhasil. Dan ternyata, meski Tobias memperlihatkan sikap seperti Divergent, hasil pemeriksaan gen menunjukkan kalau dia GD. Nah lho…
Kehidupan di Bureau yang tenang ternyata enggak selamanya aman. Para Allegiant menemukan kenyataan kalau Bureau mengendalikan semua kehidupan mereka. dan, sebelum Bureau bertindak menghancurkan Chicago, mereka harus menghancurkan Bureau terlebih dahulu.
Jika Insurgent banyak action, Allegiant banyak unsur politisnya menurut gue.
Seperti review gue di Insurgent, gue sempat skeptis dengan Allegiant karena tokoh antagonis utama, Miss JM, mati. Jadi, musuh mana lagi yang akan mereka hadapi? Ternyata permasalahan jadi lebih kompleks. Seru sih, cuma rada ngebosenin hehe. Dan sebagai penutup, gue merasa buku ini datar-datar aja.
Yang agak gue sayangkan karena Miss JM mati. Coba dia masih hidup, pasti pertanyaan kenapa dia pengin menghancurkan Divergent, dan apakah dia mengetahui tentang Bureau sehingga itu jadi alasan dia membunuh Divergent, kita enggak pernah tahu. Tapi mungkin saja dia tahu karena dia mengerti asal asul Tris.
Surprise, buku ini diangkat dari dua PoV, yaitu Tris dan Tobias. Jadi, lebih banyak cerita yang bisa dieksplor. Tapi, berhubung tahu seperti apa pemikiran Tobias, gue jadi ilfil sama dia. Cemen bo. Asli. Selama ini cuma tahu dia appearancenya doang dan pendapat Tris, setelah menyelami pemikirannya kok ya cemen banget. Gampang kepengaruh. Duh, bang Theo, kok kamu jadi seperti itu? aku ilfil, he-he-he.
Oke, itu cuma ratapan fangirl haha. Karena secara logika, make sense kenapa Tobias jadi begitu. Gue suka ketika Tris bilang Tobias memilih join sama Evelyn dan enggak dengerin Tris karena dia desperate pengin ngerasain punya ibu. Dan ketika Tobias lagi-lagi berbuat kesalahan dengan join sama Nita dan lagi-lagi enggak dengerin Tris, simply karena dia desperate saat tahu dia GD.
Dan Caleb. Duh, kasiannya kamu punya adek macam Tris, he-he-he *oke, lagi-lagi ini ratapan fan*
Seperti buku-buku sebelumnya, penempatan adegan mesra-mesraannya masih ganggu. Man, lo lagi dalam keadaan antara hidup dan mati, waktu yang lo punya untuk nyelametin orang compound dan menghancurkan Bureau cuma tinggal semalam, masiiiiih aja sempat-sempatnya make out. Dooh!
Frankly speaking, gue suka gaya nulis Veronica. Tapi, ketika bercerita dari PoV dua orang, enggak kerasa bedanya. Kalau enggak ada nama di awal bab, gue udah bingung ngikutinnya. Tetaplah Simone Elkeles paling juara urusan ini.
So far, meski kurang memuaskan, gue cukup menikmati buku ini. Bagi penggemar sci-fi akan berasa kurang nendang ya, cuma bolehlah buat refreshing. Ide cerita membagi kehidupan ke dalam fraksi-fraksi ini juara banget, sih. Itu kekuatan utama dari buku ini.
Tapi kalau boleh memilih, gue paling suka Insurgent.
Next, seri apa lagi yang harus kita ikuti?
0 Comment:
Posting Komentar